Kenali.co.id, NASIONAL – Gerak-gerik tersangka kasus Quotex Doni Salmanan saat minta maaf ke publik menjadi sorotan. Pakar gestur Handoko Gani memberi analisis sendiri soal ekspresi Doni Salmanan tersebut.
Handoko Gani merupakan instruktur ahli deteksi kebohongan dari dunia sipil yang memiliki gelar diploma di bidangnya serta terotorisasi dalam penggunaan alat layered voice analysis (LVA). Handoko mulanya memaparkan ekspresi wajah, suara dan gestur Doni.
“Ekspresi Wajah DS tidak menunjukkan ekspresi wajah sedih ataupun marah. Untuk ekspresi takut, karena keterbatasan ekspresi wajahnya memang tidak bisa dianalisis secara optimal,” kata Handoko, Selasa (16/3/2022).
Handoko kemudian menyebut Doni berbicara dengan cepat. Termasuk, kata Hamdoko, saat mengucapkan permintaan maaf.
“Suara Doni terlihat cepat dalam berbicara Ritme, pitch serta suara juga menunjukkan kelancaran dan kelantangan dalam berbicara. Tidak nampak jeda yang signifikan,” ujarnya.
“Termasuk ketika mengucapkan kata ‘maaf’. Tidak terdapat jeda signifikan dan suara juga menunjukkan kelancaran berbicara dan kelantangan disertai tekanan suara pada tersebut,” lanjutnya.
Handoko melihat ada perubahan gestur Doni Salmanan saat mengucapkan permintaan maaf. Doni terlihat seakan tegas dan berani saat menyampaikan ucapan maaf.
“Gestur Doni Salmanan adalah postur tubuh lurus, tangan kanan memegang mike, tangan kiri masuk ke saku celana. Perubahan gestur terjadi saat kata ‘minta maaf’ di mana postur tubuh bergerak memutar (swing). Begitu juga terjadi perubahan gestur ketika mengucapkan kata ‘maaf’ kepada masyarakat Indonesia di mana: tubuh membungkuk,” ujarnya.
“Pada konteks DS, setiap kata ‘maaf’ menunjukkan adanya perubahan pada ekspresi gestur dan juga pada suara. Namun, pada kata ‘maaf’ yang disampaikan memang kita justru melihat kesan lancar, tegas, berani, dibandingkan dengan persepsi masyarakat terkait reaksi ‘maaf’ dengan ekspresi wajah sedih dan mungkin menangis, kepala dan tubuh menunduk, suara terbata-bata serta kemungkinan penggunaan kata ‘maaf’ lebih dari satu kali,” sambungnya.
Handoko melihat audience dalam permintaan maaf yang ditujukan Doni bukan seluruh masyarakat Indonesia, melainkan masyarakat yang mengenal dunia trading. Ada kesan Doni ingin menggiring pesan pemakluman.
“Yang paling menarik adalah bila reaksi ‘maaf’ ini dikaitkan dengan pemilihan verbal dari DS. Satu kalimat yang menarik diucapkan adalah bahwa audience ‘pidato ucapan maaf’ ini juga bukan seluruh masyarakat Indonesia tetapi masyarakat Indonesia yang mengenal dunia trading, baik binary option maupun foreign, crypto dan lain sebagainya,” tuturnya.
“Isi ‘pidato’ ini lebih kepada permintaan pemakluman kepada masyarakat Indonesia yang mengenal dunia trading, baik binary option maupun Foreign, crypto dan lain sebagainya. Dimana, saya menduga ada pesan tersembunyi di balik kalimat ini, yaitu bahwa DS kemungkinan ingin menggiring kesan bahwa apa yang terjadi atau dilakukan DS ini adalah ‘biasa’ atau ‘bisa dimaklumi’ dalam dunia trading,” sambung Handoko.
Handoko melihat gestur tangan Doni Salmanan yang dimasukkan ke dalam saku celana saat menyampaikan permintaan maaf. Gestur itu dinilai sebagai sebuah kenyamanan.
“Secara teori, secara umum, lintas profesi, soal gestur tangan dimasukkan ke kantong ini adalah gestur yang memberikan kenyamanan. Gestur tangan dimasukkan ke kantong ini sering diilustrasikan ‘tangan dekat ke alat vital pria’ sehingga memberikan ketenangan. Di dunia model, selain juga bermaksud memberi kenyamanan, gestur tangan tersebut bertujuan agar pakaian atau celana yang dikenakan pemodel pria tidak bergeser, melorot atau miring. Namun, memang di kalangan The Have, ada kesan maskulin pada seorang pria yang memasukkan salah satu tangannya di saku celana,” ucapnya.
Handoko menyebut gestur tersebut selaras dengan kesan harapan Doni agar ada pemakluman soal trading. Yang disebut Handoko identik dengan kalah menang adalah hal biasa.
“Gesture ini bagi DS juga selaras dengan pesan DS yang saya duga berupa mendapatkan ‘pemakluman’ dari pelaku dunia trading dimana mungkin diidentikkan sebagai ‘kalah menang = biasa’ dan ‘Semua orang ingin menang,” tuturnya.
(Arl/Kenali.co.id)