Kenali.co.id,-Pesona wisata Nusantara memang tak dapat terbantahkan. Salah satu yang mencuri atensi adalah Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang kian memperkuat potensi wisata halal setelah meraih penghargaan di kancah dunia.
Lombok pernah menyabet penghargaan di ajang World Halal Travel Awards (WHTA) 2015 dalam kategori World Best Halal Tourism Destination dan World Best Halal Honeymoon Destination. Lantas, seperti apa konsep wisata halal yang diusung Pulau Seribu Masjid tersebut?
Pengamat pariwisata Taufan Rahmadi menjelaskan wisata halal merupakan gaya hidup. Konteks wisata halal sendiri adalah layanan pilihan tergantung opsi wisatawan, apakah ingin menggunakan layanan tersebut atau tidak.
“Jadi tidak ada paksaan. Wisata halal itu tidak ada pemaksaan untuk memberlakukannya dan tidak membunuh wisata konvensional yang sudah ada,” Rabu, 27 Oktober 2021.
Taufan adalah salah satu sosok di balik kemenangan Lombok di WHTA 2015. Putra NTB ini menyebut bahwa prinsip-prinsip dasar soal wisata halal di atas harus dimengerti dan diterapkan para pemegang kebijakan, pelaku industri unsur pentahelix pariwisata.
“NTB dan juga Indonesia seperti kita tahu mayoritas beragama islam. Jadi dengan hal itu, kita bisa melihat bahwa kebutuhan dari layanan wisata halal bagi wisatawan muslim saat berlibur sangat dibutuhkan, jadi market-nya besar,” lanjutnya.
Usai membawa pulang gelar sebagai Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia pada 2015, pencapaian ini meletakkan posisi NTB sangat terbuka terkait layanan-layanan wisata halal. Deretan elemen pendukung wisata halal turut dihadirkan di sana.
“NTB mayoritasnya juga muslim sehingga ketika wisatawan ke NTB, dia bisa melihat bahwa mudah untuk mendapatkan makanan-makanan halal di restoran dan hotel, mereka juga mendapat tempat beribadah, semua itu dimudahkan,” ungkap Taufan
Ditunjang Layanan
Taufan menegaskan, layanan wisata halal tidak hanya untuk umat Islam saja. “Wisata halal juga untuk kaum non-muslim yang memang membutuhkan makanan sehat karena halal itu esensinya sehat dan bersih,” tambahnya.
Penguatan potensi wisata halal usai kemenangan Lombok di dunia internasional dibarengi pula dengan dukungan pemerintah. Taufan menyebut, pemerintah melahirkan Peraturan Daerah atau Perda yang membahas mengenai hal-hal mendasar wisata halal.
“Artinya bicara tentang hotel yang model toilet bersih sesuai dengan bersucinya umat Islam, ada musala, restorannya juga halal dan itu diatur secara garis besar di Perda itu dan bentuk dari keseriusan pemerintah,” tutur Taufan.
Soal branding, Taufan menjelaskan saat wisatawan datang, destinasi wisata halal akan menyiapkan beragam kebutuhan pelancong, mulai dari adanya tempat ibadah yang mudah dijangkau hingga menyajikan santapan-santapan halal. Para bupati dan wali kota setempat turut mendukung kebijakan-kebijakan terkait wisata halal.
“Juga pelaku industrinya, terbukti pelaku industri ketika bertemu dengan tamu-tamu, mereka selalu memberikan label wisata halal di setiap materi-materi promosi. Karena itu mereka sadar itu merupakan values yang menjadi poin kuat bagi penjualan paket-paket wisata mereka,” jelasnya.
Wisata halal mendatangkan potensi besar bagi pasar domestik dan internasional. Salah satunya ditilik dari besarnya kunjungan wisata halal dari Malaysia. “Wisatawan Malaysia ketika datang membutuhkan layanan halal, itu salah satu yang membuat mereka convenient datang ke Lombok,” tambah Taufan.
“Ini bicara layanan, kebutuhan turis bukan bicara polarisasi agama. Jadi, tidak ada wisata halal itu bicara tentang Islamisasi. Konteksnya benar-benar service karena negara-negara luar, seperti Jepang, Australia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Thailand sudah lebih dahulu dan lebih canggih,” ungkap Taufan.
Sementara, sertifikasi halal merujuk untuk menghadirkan kenyamanan bagi wisatawan. “Wisatawan tidak tahu apakah Lombok, Bali, Jawa, dan destinasi lainnya ini benar halal atau tidak, untuk menyakinkan, mereka butuh sertifikasi halal,” kata Taufan.(Riani/Kenali.co.id)