Kenali.co.id, KRIMINAL – Misteri penemuan mayat di Tanjung Tayas, Kecamatan Tungkal Ulu, Tanjungjabung Barat, akhirnya terungkap. Dua pelaku ditangkap di Pematang Pauh, yakni Mali Adi Akbar (20) dan Redi Saputra (22). Mali didor polisi.
Kapolres Tanjab Barat AKBP Muharman Arta mengungkapkan, kedua pelaku diringkus pada Senin (10/1) sekitar pukul 08.00 WIB. “Keduanya ditangkap di rumah masing-masing di Desa Pematang Pauh, Tungkal Ulu,” ujar Muharman, Senin (10/1).
Penangkapan dilakukan oleh tim gabungan personel Polda Jambi, Polres Tanjungjabung Barat dan Polsek Tungkal Ulu. Seorang sumber di kepolisian mengungkapkan, terhadap Mali Ali Akbar dilakukan “tembakan terukur” karena diduga melakukan perlawanan.
Sesosok mayat tanpa identitas ditemukan warga di areal perkebunan sawit RT 01 Desa Tanjung Tayas pada Selasa (4/1) pekan lalu. Atas laporan itu, tim Polsek Tungkal Ulu dan tim Polres Tanjab Barat mendatangi lokasi kejadian.
Saat ditemukan, mayat tersebut berada di dalam sungai kecil perkebunan sawit. Sosok mayat pria itu setengah berbaju, mengenakan celana pendek dengan kondisi membengkak.
“Ditemukan luka-luka di badan. Mayat tanpa identitas tersebut dibawa ke RSUD H Abdul Manap untuk dilakukan otopsi,” jelas Muharman. Belakangan diketahui mayat tersebut adalah Khairul Faili (20), warga Km 9 Lubuk Bernai, Kecamatan Batangasam, Tanjab Barat.
Kapolres mengungkapkan, dari penangkapan Mali dan Redi diangkut juga sejumlah barang bukti, seperti tas biru berisi baju, tiga celana dalam, dua potong celana pendek, HP, kayu, seng, dan sepeda motor Yamaha Vega.
Dari keterangan yang berhadil digali polisi, pembunuhan tersebut direncanakan oleh kedua pengangguran tersebut. Sebelum penemuan mayat, kedua pelaku meminjam sepeda motor dan uang untuk membeli rokok.
Dalam perjalanan, keduanya bertemu Khairul Faili di Simpang Dasal. “Melihat korban duduk bermain HP, kedua pelaku berbalik, mendekati korban dan menawarkan tumpangan,” ungkap Kapolres.
Tersangka Mali menanyakan tujuan Khairul yang dijawab hendak ke Merlung untuk bermain game. “Biak aku tumpangi, nanti aku tumpangkan ke mobil dari rumah makan om aku ke Merlung,” ucap Mali sebagaimana ditirukan Kapolres.
Khairul pun ikut bersama Mali dan Redi, berbonceng tiga dengan satu sepeda motor. Mali mengendarai motor, Redi di tengah, Khairul di belakang.
Menurut Kapolres, ketiganya lalu menuju kebun sawit sekitar lokasi penemuan mayat Khairul. Di lokasi itu, mereka duduk-duduk sambil merokok. Tak lama, Mali dan Redi saling memberi kode. Mali pergi dengan alasan hendak buang air besar, disusul Redi.
“Cam mano ni elok e,” tanya Redi –sesuai pengakuan kepada polisi– saat sedang berdua dengan Mali dan jauh dari Khairul. Maksud dia, bagaimana bagusnya. “Basing (sembarang) lah,” jawab Mali.
“Bandap be dak (Bantai saja),” kata si Redi. Diduga, keduanya hendak menguasai atau mencuri barang-barang milik Khairul. Saat itu diketahui Khairul membawa tas.
“Kedua pelaku lalu mendekati korban yang masih duduk sendirian. Mendadak Redi menerjang korban dan Mali bergelut dengan korban,” ungkap Kapolres.
Redi lalu mencari kayu dan menggebuk leher Khairul dari belakang. “Dia memukul bergantian dengan pelaku Mali, hingga korban lemas,” tambah Muharman.
Dalam kondisi lemas dan pingsan, Khairul diseret ke sebuah pondok. “Tiba di pondok, pelaku Redi kembali ke TKP awal mengambil kayu yang digunakan sebelumnya. Korban dimasukkan ke dalam pondok,” lanjut Kapolres.
Di dalam pondok, giliran Mali memukul wajah dan dada korban dengan kayu. Sementara itu Redi menuju sepeda motor dan mengecek tas korban. Namun, Mali meminta Redi kembali ke pondok. Mali menanyakan tindakan selanjutnya.
“Campak be ke bawah,” ujar Redi sambil menunjuk ke arah sungai, sebagaimana pengakuan mereka saat diinterogasi polisi. “Nampak dak orang?” tanya Mali. Redi menjawab, “Idak, aman”.
Redi lalu memegang tangan Khairul, Mali memegang kakinya. Keduanya menggulingkan tubuh Khairul ke arah sungai. Karena aliran sungai tidak deras, Mali dan Redi menutupi korban dengan pelepah sawit, potongan seng dan kayu.