kenali.co.id-sejarah jambi .Provinsi Jambi merupakan sebuah daerah yang ada di pulau Sumatra,
dimana sebelum datangnya pengaruh asing yaitu kekuasaan Belanda dan Jepang
terdapat kerajaan yang berdiri sendiri, setelah Indonesia merdeka daerah Jambi
berbentuk daerah kerasidenan yang terdiri atas Kabupaten Merangin, Kabupaten
Batang Hari, dan Kotapraja Jambi. hal ini berdasarkan keputusan sidang KNI
Sumatera yang berlangsung pada tanggal 18 April 1946 di Gedung Nasional Bukit
Tinggi, Sumatera dibagi atas tiga Sub Provinsi yaitu Sub Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Tengah dan Sub Provinsi Sumatera Selatan. Daerah keresidenan Jambi
dimasukkan ke dalam Sub Sumatera Tengah. Kemudian Undang-undang No. 10
Tahun 1948 menetapkan bahwa Sumatera dibagi atas tiga Provinsi, yakni
Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah dan Provinsi Sumatera
Selatan, dalam hal ini keresidenan termasuk kedalam Provinsi Sumatera Tengah.7
Provinsi Jambi berbentuk hampir bundar telur, dan terletak memanjang
dari Pantai Timur arah ke Barat dipertengahan Pulau Sumatera. Jambi merupakan
sebuah kawasan di Pulau Sumatera yang terletak antara 0°45‟ – 2°45‟ Lintang
Selatan (LS) dan 101°10‟ – 104°55‟ Bujur Timur (BT), dengan luas seluruhnya
53. 436, 72 km². Hampir 61 % dari luas tersebut merupakan hutan yang
didalamnya terkandung kekayaan flora dan fauna yang merupakan sumber daya
yang potensial.8
Daerah Jambi terhampar hutan lebat yang permukaan tanahnya mengalir
sungai besar dan kecil. Bila dilihat dari segi administrasi ketatanegaraan, Jambi
menempati daerah yang berbatasan dengan:9
1. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat.
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau.
4. Sebelah Timur berbatasan Selat Berhala
Dilihat dari sudut topografinya, Jambi relatif datar dengan ketinggian 0-60
m diatas permukaan laut. Daerah Jambi terdiri dari dataran rendah yang terbentuk
dari tanah pasang surut, rawa-rawa dan hutan bakau sampai dataran tinggi.10
Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa
terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di
8
Jambi Selayang Pandang. Dalam Pameran Produksi Indonesia Pavilium Provinsi Jambi
Tanggal 1 s/d 31 Agustus 1985 di Jakarta. Hlm, 4.
9 Drs. Thabran Kahar. Ungkapan Tradisional Daerah Jambi. Dapartemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayaan Daerah Jambi. Jambi. 1982/1983. Hlm, 6.
10 Walijan, dkk. Geografi Budaya Daerah Jambi. Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jambi. 1983. Hlm,
pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km, dari Danau
Atas – Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada
di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari
membelah Kota Jambi menjadi dua bagian disisi utara dan selatannya.11
Jambi beriklim tropis lembab dengan beberapa variasi kecil yang
tergantung pada kelembaban nisbi dengan temperatur maksimum dengan suhu
rata-rata suhu maksimum 31,69 C.12 rata-rata curah hujan 2.000-3000 mm
pertahun dengan rata-rata bulanan 13,84 hari hujan.13
Daerah Jambi merupakan suatu daerah yang berbentuk kerasidenan dalam
wilayah Sumatra Tengah yang terdiri atas beberapa kabupaten dan kota, yakni
Kabupaten Merangin, Kabupaten Batanghari dan Kotamadya Jambi.14 Kemudian
berdasarkan undang-undang No 58 tahun 1958 terbentuklah Jambi sebagai daerah
otonom Tingkat I, Provinsi daerah Tingkat 1 Jambi terdiri atas enam
kabupaten/kodya daerah tingkat II dengan 37 wilayah kecamatan, yaitu
Kabupaten Kerinci membawahi 6 kecamatan Kabupaten Bungo Tebo membawahi
6 kecamatan, Kabupaten Batanghari membawahi 6 kecamatan, Kabupaten
Sarolangun-Bangko membawahi 9 kecamatan, Kabupaten Tanjung Jabung
membawahi 4 kecamatan dan Kotamadya Jambi membawahi 6 kecamatan15
11 Kota Jambi Dalam Angka 2014. Hlm, 4-10.
12 Kota Jambi Dalam Angka 1993. Hlm, 2.
13 Walijan, dkk. Geografi Budaya Daerah Jambi. Dapartemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jambi. 1983. Hlm, 4.
14 Hartono Margono, dkk. Ibid. hal 5
15 PemProv. Jambi. Sejarah Pengaruh Pelita terhadap kehidupan masyarakat pedesaan di daerah
Jambi. Jakarta: Direktorat sejarah dan nilai tradisional inventarisasi dan dokumentasi sejaraha
nasional.1993. hal.9
Peta Provinsi Jambi
Sumber : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Sejarah Kebangkitan
Nasional Daerah Jambi. Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah
1979. Hal 2
2.3 Pemerintahan
Sistem pemerintahan di Provinsi Jambi sebelum masuknya pengaruh
Kolonial Belanda merupakan daerah Kesultanan Jambi yang dipimpin oleh
seorang Sultan yang dibantu oleh pangeran ratu, yang mengepalai rapat dua belas
yang merupakan badan pemerintahan kesultanan yang terdiri dari dua bagian
yakni pertama Kerapatan Patih dalam, kedua Kerapatan Patih luar.16 Kerapatan
patih luar dan dalam merupakan dewan kabinet atau eksekutif kesultanan yang
16Departemen pendidikan dan kebudayaan daerah Jambi. Sejarah kebangkitan Nasional
daerah Jambi. Proyek Inventaris dan dokumentasi daerah Jambi. Jambi. 1985hal 21
18
anggotanya dari kalangan bangsawan tinggi atau bangsawan keraton dan atau dari
keluarga kesultanan. Selain itu juga terdapat dewan kalbu yang anggotanya terdiri
dari Hulubalang, ulama, tua tengganai dan cerdik pandai yang merupakan dewan
pertimbangan agung.
Struktur pemerintahan daerah Jambi masa kesultanan yaitu sesuai dengan
pepatah adat Jambi yakni bebunyi sebagai berikut
“Alam ber-rajo, Rantau ber-jenang, Nagari ber-batin, luhak berpenghulu, kampong bertuo dan rumah ber-tengganai”.
Struktural pemerintahan kesultanan berdasarkan pepatah adat diatasyakni
kerajaan dipimpin oleh raja, rantau dipimpin oleh Jenang Nagari dipimpin oleh
Batin, luhak dipimpin oleh penghulu dan kampong dipimpin oleh tuo-tuo. Pada
masa kolonial Belanda, yang mengambil ahlipemerintahan kesultanan yang
mengakibatkan daerah Jambi berentuk yang semula daerah kesultanan menjadi
kerasidenan.
Ketika pengaruh Kolonial Belanda masuk maka bentuk pemerintahan di
Jambi berbentuk keresidenan yang dipimpin oleh seorang residen kemudian
dibawah residen terdapat kontelir yang memimpin wilayah kabupaten atau
Afdeeling, setelah kontelir terdapat Demang yang mengepalai distrik atau
kewedanan, dan untuk wilayah kecamatan atau onder distrik dikepalai oleh
seorang asisten Demang, sedangkan wilayah setempat atau desa dipimpin oleh
seorang kepala Adat/Pasirah yang kemudian mengalami perubahan menjadi
Marga/Batin setelah keluarnya ordonansi desa dan inlandsche gemeente
Ordonnantie Buitengewesten.
19
Adapun nama-nama residen di Provinsi Jambi yaitu sebagai berikut17
1. O.L. Helfrich (1906-1908)
2. A.J.N Engelemberg (1908-1910)
3. Th. A.L. Heyting (1910-1913)
4. AL. Kamerling (1913-1915)
5. H.E.C. Quast (1915 – 1918)
6. H.L.C Petri (1918-1923)
7. C. Poortman (1923-1925)
8. G.J. Van Dongen (1925-1927)
9. H.E.K Ezerman (1927-1928)
10. J.R.F Verschoor Van Niesse (1928-1931)
11. W.S. Teinbuch (1931-1933)
12. Ph. J. Van der Meulen (1933-1936)
13. M.J. Ruyschaver (1936-1940)
14. Reuvers (1940-1942)
Setelah wilayah Jambi dikuasai oleh Jepang, maka pada tanggal 10 maret
1942 bala tentara Jepang menyusun pemerintahan yang pada dasarnya tidak
mengalami perubahan dari masa Belanda hanya nama dan istilah diganti dengan
nama dan istilah Jepang. Perubahan terjadi pada nama Keresidenan menjadi Syu,
sedangkan residennya disebut syucokan, afdeeling disebut busyu yang dikepalai
oleh busyu-co, onder afdeeling diganti dengan Gun, sedangkan demang sendiri
diganti dengan Gun-co yang membawahi Fuku Gun-Co.
Pada awal kemerdekaan negara Indonesia di bagi dalam 8 Provinsi, salah
satunya Sumatera, yang kemudian pada tahun 1946 dibagi atas Sumatera Utara,
Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan, daerah Jambi tergabung dalam wilayah
provinsi Sumatera Tengah dengan keresidenan Jambi terdiri atas dua kabupaten
dan satu kotaPraja yakni Kabupaten Merangin, Kabupaten Batanghari dan
KotaPraja Jambi.18
Adapun nama-nama Residen Jambi pada awal kemerdekaan yaitu sebagai
beriku19
1. Dr. Segaf Yahya (1945)
2. R. Inu Kertapati (1945-1950)
3. Bachsan (1950-1953)
4. Hoesin Puang Limbaro (1953-1954)
5. R. Sudono (1954-1955)
6. Djamin Datuk Bagindo (1954-1957)
Setelah dikukuhkannya Undang-undang nomor 81 tahun 1958, maka
dibentuklah Provinsi Daerah Swatantra Tingkat I provinsi Jambi, provinsi daerah
tingkat I Jambi terdiri atas enam Kabupaten.20 6 Januari 1957 BKRD menyatakan
Keresidenan Jambi menjadi Propinsi 8 Februari 1957 peresmian provinsi dan
kantor gubernur di kediaman Residen oleh Ketua Dewan Banteng. Pembentukan
provinsi diperkuat oleh Keputusan Dewan Menteri tanggal 1 Juli 1957, Undang18Wilayah Indonesia sesuai Undang-undang no.1 tahun 1945 terdiri dari Provinsi,
Karesidenan, Kewedanaan dan Kota
19 Ibid
20Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Sejarah Pengaruh PelitaTerhadap Kehidupan
masyarakat Pedesaan di Daerah Jambi. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Hal 9
21
Undang Nomor 1 /1957 dan Undang-Undang Darurat Nomor 19/1957 dan
mengganti Undang-Undang tersebut dengan Undang-Undang Nomor 61/1958.
Berikut daftar Gubernur Jambi pasca terbentuknya provinsi Jambi :
1. M. Joesoef Singedekane (1957-1967)
2. H. Abdul Manap (Pejabat Gubernur 1967-1968)
3. R.M. Noer Atmadibrata (1968-1974)
4. Djamaluddin Tambunan, SH (1974-1979)
5. Edy Sabara (Pejabat Gubernur 1979)
6. Masjchun Sofwan, SH (1979-1989), Drs. H. Abdurrahman Sayoeti (Wakil
Gubernur)
7. Drs. H. Abdurrahman Sayoeti (1989-1999), Musa (Wakil Gubernur), Drs.
Hasip Kalimudin Syam (Wakil Gubernur)
8. Drs. H. Zulkifli Nurdin, MBA (1999-2005), Uteng Suryadiatna (Wakil
Gubernur), Drs. Hasip Kalimudin Syam (Wakil Gubernur)
9. DR.Ir. H. Sudarsono H, SH, MA (Pejabat Gubernur 2005)
10. Drs. H. Zulkifli Nurdin, MBA (Gubernur 2005-2010), Drs. H. Antony
Zeidra Abidin (Wakil Gubernur 2005-2010)
11. Drs. H. Hasan Basri Agus, MM (Gubernur 2010-2015), Drs. H. Fachrori
Umar, M.Hum (Wakil Gubernur 2010-2015)
12. Dr. Ir. H. Irman, M.Si (Pejabat Gubernur 2015-2016)
13. H. Zumi Zola Zulkifli, S.TP, MA (Gubernur 2016 – sekarang), Drs. H.
Fachrori Umar, M.Hum (Wakil Gubernur 2010-2015)
22
Perjalanan sejarah Provinsi Jambi yang meliputi masa kesultanan, masa
kolonial yang penuh perlawanan rakyat Jambi sampai terbentuknya Provinsi
Jambi tercermin dalam lambang Provinsi Jambi sebagai berikut21
Gambar 2.3
Lambang Provinsi Jambi
Sumber: http://jambiprov.go.id/v2/profil-lambangdaerah.html
Pada logo Provinsi Jambi yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Nomor 1 tahun 1969 tertera kalimat Sepucuk Jambi Sembilan Lurah yang
mempunyai arti sebagai berikut:
1. Bidang dasar persegi lima :
Melambangkan jiwa dan semangat PANCASILA Rakyat Jambi.
2. Enam lobang mesjid dan satu keris serta fondasi mesjid dua susun batu diatas
lima dan dibawah tujuh :
Melambangkan berdirinya daerah Jambi sebagai daerah otonom yang
berhak mengatur rumahtangganya sendiri pada tanggal 6 Januari 1957.
kenali.co.id/rasya