Kenali.co.id, NASIONAL – Pemerintah lewat Menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan kalau data jumlah kasus Covid-19 varian Omicron di enam provinsi saat ini telah melampaui saat varian Delta mendominasi. Diprediksi, grafik penambahan kasus barunya akan segera melandai.
Diminta tanggapannya atas pernyataan itu, pakar epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, berpendapat sulit membedakan jumlah kasus Covid-19 varian Omicron dan Delta. Menurutnya, data yang ada tidak terlalu valid. “Jadi tidak usah dibeda-bedakan. Covid saja,” kata Dicky lewat pesan singkat, Selasa, 15 Februari 2022.
Menurutnya, pemilahan antar varian itu hanya penting untuk keperluan surveilance oleh pemerintah. Pemisahan antara varian Alfa, Delta, Omicron, dan varian lain. Bahkan kalau perlu, sistem data dibedakan pula untuk infeksi saluran napas yang terjadi di masyarakat sebelum, selama dan setelah pandemi.
“Penyakit infeksi saluran napas bukan hanya Covid, tapi ada juga rhinovirus, respiratory virus, sehingga kita bisa tahu proporsi dari SARS-CoV-2 ada di mana,” kata Dicky.
Masalahnya, untuk pemetaan varian itu ada beberapa kendala. Pertama, pemeriksaan whole genome sequence yang tidak real-time membuat data menjadi tidak kontinyu karena selisih 3—4 minggu. Selain itu, tak semua sampel yang dilakukan WGS. “Sebesar dua persennya pun tidak dari total sehingga pemetaan ini menjadi tidak memadai, tidak akurat.“(Fina/kenali.co.id)