KENALI.CO.ID- Kota Al Ula adalah salah satu lokasi yang menyimpan sejarah penting dalam Islam. Menariknya, tempat ini termasuk tempat yang dilarang oleh Nabi untuk dikunjungi oleh umatnya.
Di balik keindahan dan daya tariknya saat ini, kota Al Ula menyimpan kisah-kisah masa lalu yang menjadi peringatan bagi umat Islam.
Banyak yang bertanya-tanya, mengapa Nabi Muhammad SAW melarang untuk mengunjungi kota ini? Terdapat berbagai peristiwa dan hikmah yang membuat Kota Al Ula menjadi tempat penuh tanda tanya dan peringatan bagi kita.
Sejarah dan Kisah Kota Al Ula, Tempat yang Dilarang Nabi untuk Dikunjungi
Dikutip dari arsip DetikJabar, berdasarkan al-Mufashshal fi Tarikh al-‘Arab Qabla al-Islam oleh Jawwad Ali, Kota Al Ula berada di wilayah Dadan Kuno, sebuah lokasi yang memiliki oase dan aliran sungai kecil. Kota ini terletak sekitar 400 kilometer di utara Madinah.
Kota Al Ula juga dikenal sebagai pintu masuk ke situs bersejarah Mada’in Saleh atau Al Hijr, peninggalan Kaum Tsamud dari Nabi Saleh AS, seperti dijelaskan dalam buku Panduan Haji & Umrah untuk Wanita karya Waway Qodratullah.
Sedangakan Kaum Tsamud sendiri menurut Kitab Situs-Situs Dalam Al Qur’an: Dari Banjir Nabi Nuh AS Hingga Bukit Thursina karya Syahruddin El-Fikri, Kaum Tsamud adalah kaum yang hidup semasa Nabi Saleh AS berdakwah.
Kaum Tsamud diperintahkan untuk menyembah Allah SWT dan mengikuti ajaran Nabi Saleh AS. Namun, mereka menolak dan justru menganggap ajakan tersebut sebagai penghinaan. Ketika mereka diuji dengan seekor unta betina sebagai tanda kekuasaan Allah SWT, mereka malah membunuhnya.
Nabi Saleh AS memperingatkan kaumnya, namun mereka tetap mengabaikannya. Karena kesombongan dan keangkuhan mereka, Kaum Tsamud menerima azab dari Allah SWT. Mereka dihancurkan seperti kaum ‘Ad, umat Nabi Hud AS. Azab itu berupa petir yang menggelegar dan meruntuhkan bangunan tempat tinggal mereka, sebagai hukuman atas sikap pembangkangan mereka.
Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT surah Hud ayat 67-68:
وَاَخَذَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ
Latinnya: Wa akhażal-lazina zalamuş şaihatu fa aşbahů fi dârihim jasimin(a).
Artinya: “Suara yang menggelegar juga menimpa orang-orang zalim itu, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka.”
كَاَنْ لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَا ۗ اَلَآ اِنَّ ثَمُوْدَا۠ كَفَرُوْا رَبَّهُمْ ۗ اَلَا بُعْدًا لِّثَمُوْدَ ࣖ
Latinnya: Ka allam yagnau fíhă, ală inna samüda kafarů rabbahum, ală bu dal lisamüd(a).
Artinya: “(Negeri itu tampak tanpa bekas sama sekali) seakan-akan mereka belum pernah tinggal di sana. Ingatlah sesungguhnya (kaum) Samud telah mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, bahwa (kaum) Samud telah binasa.”
Mengapa Kota Al Ula Menjadi Tempat yang Dilarang Nabi untuk Dikunjungi?
Kota Al Ula memiliki sejarah panjang dan kaitannya dengan Kaum Tsamud yang dihancurkan oleh azab Allah SWT. Hal ini membuat kota ini termasuk dalam tempat yang dilarang Nabi untuk dikunjungi. Namun, apa sebenarnya alasan mendalam di balik larangan tersebut? Mari kita bahas lebih lanjut mengenai sejarah dan makna dari larangan ini.
Ada sebuah riwayat yang menceritakan bahwasanya Rasulullah SAW saat itu sedang dalam perjalanan menuju Perang Tabuk antara Bangsa Arab dan Bangsa Bizantium. Saat itu beliau melewati kota Al Ula dan seketika beliau mempercepat langkahnya saat melewati kota tersebut seakan ingin menghindari kota tersebut.
Dikisahkan saat itu Rasulullah SAW melewati Lembah Al Hijr atau Kota Al Ula. Bersama dengan rombongan mereka melalui sumur yang pernah digunakan oleh Nabi Saleh AS. Kemudian Nabi Muhammad Saw melarang rombongan itu untuk memasuki ke tempat tersebut karena dahulu ditempat itu adalah tempat di mana Kaum Tsamud ditimpa Azab oleh Allah SWT
Berikut sabda Nabi Muhammad SAW,
“Sesungguhnya, aku takut kalian akan ditimpa musibah (azab) seperti musibah yang menimpa mereka (Kaum Tsamud). Oleh sebab itu janganlah kalian memasuki (wilayah) mereka.” (HR Ahmad).
Peninggalan Situs dan Bukti Arkeologis Kota Al Ula
Meskipun Kaum Tsamud telah diberikan azab yang menyedihkan karena mereka tidak menuruti perintah Nabi Saleh AS pada saat itu. Ternyata Kaum Tsamud sendiri telah diberi keahlian dan kemahiran dalam bidang pertukangan mulai dari aspek ukiran dan pahat-memahat. Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 74:
وَاذْكُرُوْٓا اِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَاۤءَ مِنْۢ بَعْدِ عَادٍ وَّبَوَّاَكُمْ فِى الْاَرْضِ تَتَّخِذُوْنَ مِنْ سُهُوْلِهَا قُصُوْرًا وَّتَنْحِتُوْنَ الْجِبَالَ بُيُوْتًا ۚفَاذْكُرُوْٓا اٰلَاۤءَ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِى الْاَرْضِ مُفْسِدِيْنَ
Latinnya: Wazkurû iż ja alakum khulafa’a mim ba’di ‘adiw wa bawwa’akum fil-ardi tattakhizûna min suhûliha quşûraw wa tanhitûnal-jibāla buyūtā (n), fażkurů ālā’allāhi wa lå ta sau fil-ardi mufsidin(a).
Artinya: “Ingatlah ketika (Allah) menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu membuat pada dataran rendahnya bangunan-bangunan besar dan kamu pahat gunung-gunungnya menjadi rumah. Maka, ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.”
Salah satu bukti dari kemahiran Kaum Tsamud dalam mengukir atau memahat ditemukan oleh Arkeolog yang membahas seputar Kaum Nabi Hud AS dan Kaum Tsamud di Arabia Selatan, Brian Doe. Beliau menyatakan, Kaum Tsamud dikenal melalui berbagai tulisan dan pahatan pada dinding batu yang mereka tinggalkan. Tulisan ini secara grafis memiliki kemiripan dengan huruf-huruf Smaitic, yang disebut “Thamudic.” Banyak dari tulisan-tulisan ini ditemukan di wilayah Arabia Selatan hingga ke kawasan Hijaz.
Selain itu, Para arkeolog telah berhasil menemukan sejumlah batu karang yang merupakan peninggalan budaya Kaum Tsamud. Penemuan tersebut ditemukan di berbagai tempat, seperti pegunungan dan lembah-lembah di wilayah Arabia Selatan dan Tengah, termasuk di Gunung Athlab, serta berbagai artefak seperti tembikar.
Karena keterampilan dan kepandaian mereka, ukiran yang mereka hasilkan dijadikan komoditas perdagangan dengan komunitas lain. Sebagian ukiran tersebut juga digunakan sebagai dekorasi di rumah mereka.
Kaum Tsamud dikenal memproduksi barang pecah belah, seperti tembikar dengan desain unik dan nilai seni yang tinggi. Selain itu, mereka juga memperdagangkan kemenyan dan rempah-rempah. Kekayaan yang diperoleh dari perdagangan ini memungkinkan mereka membangun istana, rumah yang dipahat dari batu, serta makam-makam pada tebing karang.
Tempat yang Dilarang Nabi untuk Dikunjungi Dikembangkan Menjadi Kota Wisata
Kota Al Ula telah mengalami perubahan seiring implementasi Vision 2030 oleh pemerintah Saudi. Dulu, tempat ini tidak dikenal dan bahkan menjadi tempat yang dilarang Nabi untuk dikunjungi. Namun, sekarang Kota Al Ula telah berubah menjadi Kota wisata populer yang dilengkapi dengan resor mewah.
Pemerintah Arab Saudi saat ini tengah mengembangkan Kota Al Ula sebagai destinasi wisata. Komisi Kerajaan untuk Kota Al Ula (RCU) telah meluncurkan rencana pembangunan untuk wilayah tengah dan selatan, yang dikenal sebagai “Path to Prosperity.”
Inisiatif ini bertujuan menjadikan Kota Al Ula sebagai komunitas perkotaan dengan kualitas hidup yang lebih baik. Pengembangan Kota Al Ula juga sejalan dengan Visi Arab Saudi 2030 yang berfokus pada transformasi ekonomi dan menjadikan Saudi sebagai tujuan wisata global.
“Saya sangat senang dengan pembukaan tourism di Kota Al Ula. Pembukaan ini memberi kesempatan bekerja dan melepas ketergantungan pada sumber daya alam sebagai kekuatan ekonomi,” ujar penduduk Kota Al Ula, Manal Al Budair.