Kuliner Pentol Jadul “Kelet” Legendaris Cak Leman, Ada sejak 1999

Tekstur pentol kanji Cak Leman Sidoarjo yang lengket membuat pelanggannya penasaran dengan rasanya,

KENALI.CO.ID – Melalui rombong biru yang dibawa dengan sepeda jengki tua, Cak Leman mulai menjajakan pentol jadulnya di sekitar pusat Kota Sidoarjo, Kamis (9/1/2025).

Sebagian pelanggannya, warga Sidoarjo, mengenal Saliman dengan panggilan Cak Leman. Dia adalah penjual pentol kanji yang kadang bikin orang gereget karena susah dijumpai.

Wajar saja, setiap hari kecuali Minggu, Cak Leman menjajakan dagangan pentol legendnya dengan berkeliling di jam-jam tertentu.

Tapi, cukup mudah bagi pelanggan setianya untuk menemukan jajanan satu ini. Siang hari, Cak Leman berada di Jalan Kwadean Barat.

Pelanggan baru dapat menggunakan patokan Apotik Mawar Farma yang berlokasi di Jalan Kwadean Barat, Desa Lemahputro, Kecamatan Sidoarjo.

“Saya jualan dari jam 09.00 WIB, nanti jam 15.00 WIB pindah ke jalan depan Makam Kwadean,” katanya

Kalau pentolnya masih tersedia, Cak Leman akan mengayuh sepedanya menuju daerah Bluru dan berhenti di sekitar SMK Yos Sudarso.

Waktu terbaik berburu pentol Cak Leman yakni pukul 10.00 WIB sampai 13.00 WIB. Sebab, terkadang sore hari sudah ludes terjual.

“Saya enggak pernah bawa pentol sisa. Jam 4 sore biasanya sudah habis, tapi kalau masih ada saya geser ke Bluru,” ucapnya.

Ada yang menyebut pentol kanji atau cilok jadul, tapi ada juga memanggilnya pentol ‘kelet’. Dalam bahasa Indonesia, kelet berarti lengket.

Tekstur lengket, kenyal dan berwarna kecokelatan inilah yang justru bikin beda dan menarik pelanggannya ingin mencicipi.

Makin menggoda saat Cak Leman mengguyurnya dengan kuah yang sudah dicampur penyedap. Siraman bumbu kacang mendukung kenikmatan pentol yang pas dicocol saat masih panas.

“Pentol gini nih tidak diselep (daging). Kalau diselep tidak bisa lengket, susah. Jadi bikin sendiri dari kanji dan sedikit daging,” ungkap pria 54 tahun tersebut.

Baca Juga :  Perkuat Kuliner Pesisir, Yogyakarta Segera Operasikan Pelabuhan Gesing

Di samping pentol, panci baksonya juga memuat tahu isi adonan kanji. Sering kali pelanggan membelinya campur pentol dan tahu.

“Tahu ini dulu saya goreng, jadi gorengan. Sekarang saya kukus isi kanji,” imbuhnya.

Rp 500 per biji

Dalam sehari, Cak Leman dan istrinya mampu membuat pentol kanji sebanyak 12 kilogram dan adonan tahu minimal 3,5 kilogram.

“Setiap hari selalu habis. Saya tidak suka kalau sisa, nanti sisa terus dibekukan di kulkas gitu rasanya jadi beda,” sambungnya.

Harga yang dipatok mulai Rp 500 per biji. Satu kantong plastik ukuran 1/2 kilogram mampu memuat sekitar Rp 5.000.

Terhitung sudah 26 tahun sejak 1999 Cak Leman berjualan pentol kanji. Sehingga sudah banyak pelanggan yang mengenalnya.

“Awal-awal saya jualan gorengan yang terbuat dari tahu yang diisi adonan tepung terigu dicampur mentega dan ayam,” terangnya.

Namun, karena mengolahnya cukup ribet, akhirnya Cak Leman dan istri mulai berakhir ke pentol sejak awal tahun 2000-an.

“Pentol kanji gini bikinnya tidak ribet dan banyak orang suka, terutama anak-anak sekolah,” jelasnya.

Cak Leman kadang merasa heran. Baginya, kenikmatan sebuah makanan tergantung selera masing-masing. Namun, pelanggannya ada yang datang dari luar daerah untuk membeli pentol dagangannya.

“Ada yang dari Surabaya, terus Madaeng Waru kadang ke sini. Saya juga tidak tahu kenapa jauh-jauh beli pentol,” katanya dengan tertawa.

Salah satu pelanggan, Canty Nadia mengaku sudah setahun belakangan menjadi pelanggan setia pentol Cak Leman.

“Dulu tahunya dari teman kantor terus coba. Jadi kalau istirahat makan siang kadang beli buat camilan,” tuturnya.

Menurutnya, pentol Cak Leman lebih nikmat dengan campuran bumbu kacangnya dan disantap saat masih asap masih mengepul.

Baca Juga :  3 Tren Bisnis Kuliner 2023, Salah Satunya Kembali ke Selera Nusantara

“Tergantung selera sebenarnya tapi kalau tidak dicampur bumbu kurang suka,” pungkasnya.

 

kenali.co.id/kuliner

Tinggalkan Balasan