JAMBI, NEWS  

Orang Rimba Jambi, Umumnya Tidak Berpakaian

Orang Rimba Jambi, Umumnya Tidak Berpakaian
Orang Rimba Jambi, Umumnya Tidak Berpakaian

KENALI. CO. ID  – Masyarakat Adat Orang Rimba Jambi, adalah Suku Anak Dalam (SAD). Orang Rimba  atau SAD adalah suku lokal yang mendiami Provinsi Jambi.

Di lansir dari tnbukitduabelas.id, beberapa kelompok Orang Rimba mendiami kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) . Mereka sudah mendiami kawasan tersebut sebelum di tetapkannya kawasan ini menjadi Taman Nasional.

Penunjukan TNBD salah satunya bertujuan sebagai tempat hidup dan penghidupan Orang Rimba yang ada di dalamnya.

Hal ini menjadikan keberadaan TNBD Orang Rimba sebagai bagian yang tidak terpisah dari eksistensi Orang Rimba.

Sejauh ini Sejarah atau asal usul Orang Rimba sendiri belum dapat di pastikan, tetapi ada beberapa versi mengenai  sejarah atau asal usul mereka, di antaranya:

1. Sisa Laskar Pagaruyung dari Minangkabau. 

Di mana dalam sejarahnya Kelompok laskar yang tersesat dalam perjalanan menuju Jambi. Mereka ingin membantu  untuk membantu Ratu Jambi yang ikut tersesat. Akhirnya memutuskan untuk tinggal dan mengisolasi diri dalam hutan.

2. Masyarakat asal Desa Kubu Karambia. 

Kelompok masyarakat Desa Kubu Karambia Kerajaan Pagaruyung yang menolak ajaran agama Islam. Kemudian mereka melarikan diri ke kawasan hutan Jambi.

3. Keturunan Bujan Perantau dan Putri Kelumpang yang berkelompok dan menetap di kawasan hutan.

Orang Rimba di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas hidup dengan pola berpindah (nomaden).

Budaya yang paling di kenal dari komunitas ini di antaranya adalah”melangun” yang merupakan aktivitas berpindah tempat.

Ini mereka laukan ketika salah satu anggota kelompok atau keluarga tertimpa musibah atau meninggal.

Aktivitas ini di lakukan untuk menghilangkan kesedihan dari peristiwa tersebut.

Keunikan lainnya yaitu rumah atau tempat tinggal Orang Rimba yang di sebut dengan nama sudung.

Baca Juga :  Pertemuan Sejarah, Suku Anak Dalam Jambi dan Suku Dayak Kalimantan dalam Satu Meja Menyatukan Tradisi dan Visi

Konon dahulunya, sudung berupa pondok tanpa dinding yang di beri atap dari daun benal, serdang atau rumbia.

Letaknya agak masuk kedalam belukar yang lebat hutannya, tiap sudung satu keluarga terpisah agak jauh dengan sudung keluarga lainnya.

Bagi anak-anak mereka yang sudah besar di buat sudung sendiri yang tidak jauh dari sudung orang tuanya, begitu juga untuk keluarga istrinya.

Selanjutnya Adanya interaksi Orang Rimba dengan masyarakat luar ternyata memberikan pengaruh juga pada sudung.

Jika atapnya dulu berupa dedaunan, saat ini Orang Rimba lebih suka menggunakan terpal hitam sebagai atap sudungnya.

Selain itu, semakin berkurangnya luasan hutan, banyak juga Orang Rimba yang mendirikan sudungnya di tepi-tepi jalan setapak bahkan di kebun-kebun sawit milik masyarakat desa.

Beberapa anggota kelompok komunitas ini juga sudah mulai mengorientasikan diri sebagai masyarakat desa pada umumnya.

Beberapa lokasi yang berdekatan dengan kawasan TNBD telah di bangun pemukiman Orang Rimba oleh Pemerintahan Daerah setempat.

 

Makanan Orang Rimba

Kebutuhan makanan Orang Rimba di peroleh dari meramu umbi-umbian, umbut-umbutan, dan buah-buahan. Sementara, protein hewani diperoleh dari berburu.

Hampir semua satwa liar yang ada di kawasan di konsumsi oleh Orang Rimba tetapi yang paling banyak adalah babi hutan.

Selain berburu dan meramu, kebutuhan makanan Orang Rimba Jambi juga di peroleh dengan membeli di pasar-pasar desa sekitar kawasan.

Pemanenan hasil hutan untuk tujuan komersial juga di lakukan seperti mengambil rotan manau, rotan cacing, rotan sego, rotan paku, rotan lilin, rotan sabut.

Kemudian juga rotan semi, rotan tebu-tebu, rotan gelang-gelang, rotan suto, rotan balam, rotan semut, getah jernang, getah balam, getah damar, getah jelutung, dan madu hutan.

Baca Juga :  Tak Lekang Oleh Zaman, Berburu dan Meramu Masih Dilakukan Suku Anak Dalam

 

Pakaian Orang Rimba

Orang Rimba umumnya tidak berpakaian, namun mereka menggunakan kain untuk menutupi kemaluannya.

Dahulu aslinya mereka menggunakan cawat dari kulit kayu terap atau serdang. Namun karena cawat dari kulit kayu sering menimbulkan rasa sakit akibat kutu kayu yang masuk ke dalam kulit.

Sehingga mereka meninggalkan dan beralih dengan pakaian yang di beli di pasar melalui masyarakat umum.

Seiring perkembangan zaman, pakaian Orang Rimba Jambi juga mengalami perubahan. Mereka biasanya berpakaian seperti masyarakat desa jika keluar hutan dan tetap menggunakan cawat jika di dalam kawasan.

Sementara Orang Rimba yang sudah tinggal di desa memakai pakaian seperti masyarakat desa.

 

Rumah Orang Rimba

Rumah atau tempat tinggal Orang Rimba disebut juga dengan nama sudung. Dahulunya, sudung berupa pondok tanpa dinding yang diberi atap dari daun benal, serdang atau rumbia.

Letaknya agak masuk ke dalam belukar yang lebat hutannya, tiap sudung satu keluarga terpisah agak jauh dengan sudung keluarga lainnya.

Bagi anak-anak mereka yang sudah besar dibuat sudung sendiri yang tidak jauh dari sudung orang tuanya, begitu juga untuk keluarga istrinya.

Adanya interaksi Orang Rimba dengan masyarakat luar ternyata memberikan pengaruh juga pada sudung.

Selain itu, semakin berkurangnya luasan hutan, banyak juga Orang Rimba yang mendirikan sudungnya di tepi-tepi ajalan setapak bahkan di kebun-kebun sawit milik masyarakat desa.

 

Pranata Sosial Orang Rimba 

Orang rimba hidup berkelompok dan antar kelompok memiliki hubungan keluarga. Masing-masing kelompok di pimpin oleh seorang pemimpin kelompok sekaligus berperan sebagai ketua adat yang di sebut tumenggung.

Jalinan hubungan antara perempuan dan laki-laki di jaga ketat dengan sejumlah pembatasan-pembatasan adat, sanksi adat yang berat di kenakan terhadap kasus perkelahian dan pencurian.

Baca Juga :  Wanita Jambi Mulai Mengabaikan Suami ?  Ini Alasan di Balik Perubahan Sikap

Dalam hal hubungan sosial dengan masyarakat luar, bagi mereka yang masih mempertahankan jati diri dan tradisi kehidupan hutan, intensitas kontak masih dalam skala terbatas.

Konsep “Orang Rimba tinggal di rima dan Orang Terang tinggal di luar hutan dan tidak boleh bercampur” masih dipegang kuat .

Dalam perkembangannya, pranata sosial Orang Rimba juga berubah. Beberapa kelompok dengan mudah berpecah dengan kelompoknya dan membentuk tumenggung baru karena adanya ketidakcocokan dengan tumenggung lama.

Dari segi interaksi dengan masyarakat luar, maka Orang Rimba dapat di bedakan menjadi :

  1. Orang Rimba yang masih bertahan di dalam hutan dan sangat sedikit berinteraksi dengan masyarakat luar. Kelompok ini rata-rata masih kuat memegang adat.
  2. Orang Rimba yang tinggal di hutan tetapi memiliki interaksi cukup tinggi dengan masyarakat luar. Kelompok ini sering keluar hutan terutama untuk berjual beli.
  3. Orang Rimba yang sudah tinggal di desa. Kelompok ini mendiami rumah-rumah yang di bangun oleh pemerintah daerah di desa sekitar TNBD. Meskipun sudah tinggal di luar, Orang Rimba yang tinggal di luar ini masih menggantungkan sumber pendapatannya dari hutan.

 

Sumber:

https://www.tnbukitduabelas.id/