Mengenal Hipomania: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasiny

KENALI.CO.ID – KESEHATAN, Hipomania adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan semangat atau kebahagiaan yang berlebihan dari biasanya.
Kondisi ini sering dialami oleh penderita gangguan bipolar, terutama bipolar tipe 2. Meskipun gejalanya mirip dengan mania, hipomania dianggap lebih ringan dan tidak sampai mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari secara drastis. Namun, jika tidak ditangani, hipomania dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius dan mempengaruhi hubungan sosial serta kesehatan mental seseorang.

Apa Itu Hipomania?
Seperti yang telah disebutkan, hipomania merupakan gangguan suasana hati yang membuat seseorang merasa lebih bersemangat dan aktif dibandingkan dengan biasanya. Kondisi ini sering kali menjadi gejala dari gangguan bipolar, tetapi bisa juga menjadi gejala dari kondisi kesehatan mental lainnya.

Pada kondisi ini, seseorang mengalami perubahan suasana hati, emosi, energi, dan aktivitas yang tidak biasa. Peningkatan energi ini biasanya berlangsung setidaknya selama empat hari dan sering kali tidak disadari oleh penderita, melainkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Penyebab Hipomania
Penyebab pasti hipomania belum diketahui secara jelas. Meski begitu, terdapat beberapa faktor yang diyakini berperan dalam kondisi ini. Setiap orang mungkin dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Berikut adalah beberapa faktor risiko hipomania:

-Riwayat keluarga dengan gangguan bipolar.
-Ketidakseimbangan zat kimia dalam otak.
-Efek samping alkohol, narkoba, atau obat-obatan seperti antidepresan.
-Perubahan besar dalam hidup, seperti perceraian, pindah rumah, atau kehilangan orang tercinta.
-Masalah hidup seperti kesulitan ekonomi atau konflik keluarga.
-Trauma masa lalu, seperti menjadi korban kekerasan.
-Stres berlebihan yang sulit dikelola.
-Pola tidur yang terganggu atau kurang tidur.
-Lingkungan dengan stimulasi berlebih, seperti suara keras, lampu terang, atau keramaian.
-Gangguan mental lain seperti gangguan afektif musiman atau skizoafektif.
-Kondisi medis tertentu yang mempengaruhi fungsi neurologis, seperti tumor otak, stroke, atau radang otak (ensefalitis).

Baca Juga :  Apa Obat untuk Badan Lemas?

Gejala Hipomania
Penderita hipomania sering tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami episode tersebut. Tetapi orang-orang di sekitar mereka biasanya bisa melihat perubahan yang signifikan dari sang penderita. Berikut beberapa gejala umum hipomania:

-Merasa sangat berenergi meskipun kurang tidur.
-Terlalu banyak bicara dengan pembahasan yang tidak jelas atau tidak saling berkaitan.
-Melakukan aktivitas yang tidak biasa, seperti membersihkan rumah sepanjang hari.
-Rasa percaya diri yang berlebihan hingga bersikap sombong.
-Berbelanja secara impulsif untuk barang-barang yang tidak penting.
-Hasrat seksual yang meningkat dan cenderung berisiko.

Setelah episode hipomania berakhir, penderita mungkin mengalami beberapa kondisi berikut:

-Merasa senang atau malu atas perilakunya.
-Merasa sangat lelah karena aktivitas yang dilakukan.
-Hanya mengingat sebagian dari apa yang terjadi selama episode tersebut.
-Merasa sangat butuh istirahat.
-Mengalami depresi jika hipomania merupakan bagian dari bipolar.

Diagnosis Hipomania
Untuk mendiagnosis hipomania, dokter biasanya melakukan wawancara medis mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien serta keluarganya. Kemudian diikuti pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang seperti tes darah atau pemindaian tubuh juga dilakukan untuk mengeliminasi kondisi medis lainnya yang mungkin memiliki gejala serupa, seperti hipertiroidisme.

Jika dicurigai mengidap hipomania, pasien akan dirujuk ke dokter spesialis kejiwaan yang akan membandingkan gejala dengan kriteria dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), termasuk:

-Ekspresi suasana hati abnormal yang disertai peningkatan energi setidaknya selama empat hari.
-Setidaknya tiga gejala yang menunjukkan perubahan perilaku yang ekstrem.
-Episode tidak cukup parah untuk mengganggu fungsi sosial atau memerlukan perawatan di rumah sakit.
-Gejala tidak disebabkan oleh obat-obatan atau kondisi medis lainnya
-Hipomania tidak disertai delusi atau halusinasi. Jika ada, maka didiagnosis sebagai mania.

Baca Juga :  Sekjen OPEC Mohammad Barkindo Meninggal Dunia di Usia 63 Tahun

Cara Mengatasi Hipomania
Pengobatan umum untuk hipomania adalah pemberian obat penstabil suasana hati. Beberapa jenis obat yang biasanya diresepkan meliputi:

-Antipsikotik untuk mengurangi gejala dan meningkatkan efektivitas obat lainnya.
-Benzodiazepin sebagai obat anti-kecemasan.
-Lithium untuk menstabilkan suasana hati.
-Asam valproat yang digunakan sebagai obat antikejang.
-Selain itu, perubahan gaya hidup juga disarankan, seperti menghindari stimulasi berlebih (kafein, gula, suasana ramai), menjaga pola makan teratur, berolahraga secara rutin, dan tidur cukup (7-9 jam setiap malam).

Jadi, hipomania adalah kondisi yang bisa membawa manfaat berupa peningkatan energi dan produktivitas, tetapi juga dapat menjadi berbahaya jika tidak dikelola dengan baik.
Mengenali gejala hipomania dan memahami penyebabnya adalah langkah pertama dalam pengelolaan kondisi ini. Dengan perawatan yang tepat melalui terapi, obat-obatan, serta perubahan gaya hidup, seseorang dengan hipomania dapat mengelola gejalanya dan menjalani kehidupan yang lebih seimbang.

kenali.co.id