Pembebasan Pilot Susi Air, Momentum Atasi Konflik Papua Tanpa Kekerasan

KENALI.CO.ID-POLITIK-Pembebasan Pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens, dari tangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua melalui pendekatan persuasif, menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah dan aparat penegak hukum.

Ketua Komnas HAM Atnike Nova Sigiro menekankan bahwa pendekatan damai ini berhasil mencegah jatuhnya korban jiwa dan menjaga keselamatan Kapten Mehrtens selama masa penyanderaan.

Upaya persuasif dalam pembebasan Philip ini juga menjadi bukti nyata bahwa penyelesaian konflik di Papua dapat dicapai melalui dialog dan cara damai, tanpa harus melakukan kontak senjata.

“Pembebasan ini merupakan momentum yang baik untuk mendorong situasi HAM yang lebih kondusif di Papua, dan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat sipil dalam kondisi apapun,” kata Atnike, pada Minggu (22/9/2024).

Pembelajaran untuk Atasi Konflik di Papua

Menurut Atnike, strategi yang diterapkan dalam pembebasan ini harus menjadi titik awal perubahan paradigma dalam menangani berbagai permasalahan serta konflik berkepanjangan di Papua.

Dia menekankan pentingnya cara-cara damai melalui negosiasi dan pelibatan tokoh masyarakat serta tokoh agama dalam menyelesaikan setiap persoalan.

“Kiranya peristiwa ini akan menjadi satu pelajaran penting yang akan memperkaya pengalaman dan cara kita dalam membangun Indonesia pada umumnya, dan Papua pada khususnya,” ungkap Atnike.

“Komnas HAM senantiasa mengingatkan para pihak untuk tetap mengedepankan pendekatan persuasif dan prinsip-prinsip HAM,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid menegaskan, pembebasan Philip menjadi pengingat bahwa konflik berkepanjangan di Papua dapat diselesaikan tanpa kekerasan.

Komnas HAM dan Amnesty International sepakat bahwa pendekatan ini harus menjadi langkah awal untuk memperbaiki kondisi HAM di Papua.

“Momen ini tidak boleh berdiri sendiri. Pembebasan Philip Mehrtens, setelah lebih dari satu setengah tahun disandera, adalah momen krusial yang menandakan kemungkinan untuk menangani permasalahan yang lebih luas di Papua dengan semangat anti kekerasan,” kata Usman Hamid.

Baca Juga :  Kubu Tia Klaim Bonnie Jadi Anggota DPR Terpilih Sudah Direkayasa

Pendekatan Humanis Strategi yang Tepat

Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid juga menilai, pendekatan soft approach yang dilakukan oleh pemerintah dan aparat dalam proses pembebasan Philip adalah strategi yang tepat.

Dia menekankan bahwa dialog dan pendekatan humanis menjadi kunci utama dalam kesuksesan misi pembebasan tersebut.

“Pendekatan soft approach yang dilakukan ini menunjukkan bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan cara yang damai dan terukur,” ujar Meutya pada Sabtu (21/9/2024).

Menurutnya, strategi pendekatan humanis ini perlu menjadi tolok ukur dalam melaksanakan setiap operasi keamanan aparat di masa mendatang.

“Ini adalah sebuah pencapaian yang perlu kita terus kembangkan dalam menghadapi situasi-situasi serupa ke depan,” tambah Meutya. Dia berharap bahwa dengan cara-cara tersebut, perdamaian dan kesejahteraan berkelanjutan di tanah Papua dapat segera terwujud.

“Metode yang mengedepankan dialog dan pendekatan humanis, merupakan langkah penting,” kata Meutya.

“Semoga keberhasilan ini menjadi titik awal bagi tercapainya perdamaian dan kesejahteraan yang lebih berkelanjutan di Papua,” sambungnya.

Sebagai informasi, KKB pimpinan Egianus Kogoya menyandera Philip di Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada 7 Februari 2023.

Pesawat yang dibawa Philip dibakar oleh para separatis, sementara Philip disandera KKB menuju hutan. Setelah 19 bulan, Philip akhirnya dibebaskan pada Sabtu (21/9/2024) dan diterbangkan ke Jakarta, tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pukul 22.30.

Setibanya di Jakarta, Philip langsung diserahkan kepada Pemerintah Selandia Baru melalui Kedutaan Besar Selandia Baru di Jakarta.