KENALI.CO.ID-Perang harga yang dipicu oleh produsen mobil listrik (EV) asal China, seperti BYD. Telah menciptakan gejolak di pasar mobil Thailand.
Banyak pembeli mobil listrik di Thailand kini merasa dirugikan dan cemas, setelah melihat penurunan harga yang signifikan pada kendaraan yang baru saja mereka beli.
Situasi ini bukan hanya mengganggu pasar, tetapi juga memicu rasa ketidakpuasan di kalangan konsumen yang merasa ditipu.
Salah satu konsumen yang membeli mobil BYD Atto 3 pada Januari 2023 mengungkapkan ketidakpuasannya yang mendalam.
Protes Konsumen
Darakorn, salah satu konsumen BYD Atto 3 mengatakan, perang diskon mobil listrik membuat nilai mobil jatuh lebih jauh dari yang diharapkan.
“Saya diberi tahu bahwa harganya akan naik dalam dua bulan, setelah subsidi pemerintah berakhir,” Drakorn berujar.
Biasanya, asuransi menanggung 80 persen dari nilai mobil baru, dan terdepresiasi 10 persen per tahun, tetapi diskon mendorongnya lebih rendah,” kata dia.
BYD kini menawarkan lebih banyak diskon untuk SUV Atto 3 bulan ini, karena berupaya mempertahankan keunggulannya di pasar yang semakin ramai.
Pemotongan harga hingga 340.000 baht atau setara Rp 157 jutaan, telah menurunkan nilai jual kembali bagi pemilik saat ini.
Dengan pinjaman bank dan subsidi pemerintah sebesar 100.000 baht atau setara Rp 46 jutaan, SUV tersebut berharga 1,19 juta baht atau setara Rp 471 jutaan.
Bahkan model terbaru Atto 3 yang dirilis awal tahun ini harganya menjadi di bawah 1 juta baht atau setara Rp 463 jutaan.
“Jika Anda mengumumkan bahwa harganya akan turun 340.000 baht setahun kemudian, apakah menurut Anda ada orang yang akan membeli mobil Anda?” ucap Darakorn.
Respons konsumen terhadap mobil listrik di Thailand umumnya tidak positif. Banyak yang merasa ragu dan khawatir mengenai pembelian mobil listrik di tengah ketidakpastian harga dan kebijakan yang sering berubah.
Ketidakstabilan harga membuat banyak pembeli merasa bingung dan skeptis terhadap masa depan mobil listrik, serta nilai jangka panjang dari kendaraan yang mereka beli.
Perasaan terjebak dan ketidakpastian ini memengaruhi keputusan pembelian dan kepercayaan konsumen terhadap pasar mobil listrik.
Banyak yang kini berpikir dua kali sebelum berinvestasi dalam kendaraan listrik, mengingat risiko terkait fluktuasi harga dan penawaran yang tidak konsisten.