KKENALI.CO.ID, -Perjalanan Panjang Prof. Fauzi Syam SH. MH: Dari Dosen, Pejabat Pemprov, hingga Guru Besar Universitas Jambi.
Perjuangan tak kenal lelah Prof. Dr. Fauzi Syam, SH, MH dalam dunia akademik akhirnya membuahkan hasil. Dari seorang perantau yang mengawali karier sebagai dosen di Universitas Jambi.
kemudian dipercaya menjadi Kepala Dinas di Pemerintah Provinsi Jambi, hingga akhirnya kembali ke dunia kampus untuk meraih jabatan tertinggi akademik sebagai Guru Besar.
Pengukuhan Prof. Fauzi Syam sebagai Guru Besar Universitas Jambi berlangsung khidmat di Balairung Universitas Jambi dalam rapat senat terbuka yang dihadiri keluarga, kolega, dan enam profesor lainnya yang turut dikukuhkan.
Namun, orasi ilmiah yang disampaikan Prof. Fauzi Syam bukan sekadar seremonial, melainkan menjadi saksi perjalanan panjang penuh perjuangan dan pengorbanan yang mengiringi langkahnya hingga ke titik ini.
Orasi Ilmiah yang Menggugah
Dengan penuh semangat, Prof. Fauzi Syam menyampaikan orasi ilmiah bertajuk Memperkuat Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam Pemantauan dan Peninjauan Peraturan Daerah: Urgensi dan Rekomendasi Kebijakan. Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya penguatan kewenangan DPRD dalam melakukan pengawasan terhadap implementasi peraturan daerah agar tetap selaras dengan kebutuhan masyarakat.
Tak hanya menyampaikan gagasan akademik, Prof. Fauzi juga larut dalam emosi. Tangisnya pecah saat mengingat perjalanan hidupnya. Ia mengenang masa-masa sulit sebagai satu-satunya sarjana dalam keluarganya hingga akhirnya meraih gelar Guru Besar.
Ruangan Balairung pun ikut terhanyut dalam suasana haru, termasuk Rektor Universitas Jambi, Prof. Helmi, dan sahabatnya, Sekretaris Daerah Provinsi Jambi Dr. H. Sudirman, yang sesekali tampak menyeka air mata.
Perjuangan di Negeri Rantauan
Prof. Fauzi Syam mengenang kembali awal perjalanannya merantau dari Padang ke Jambi untuk mengejar cita-cita sebagai dosen. Tanpa saudara atau kerabat, ia beruntung bertemu dengan sahabat sejatinya, Dr. Muhammad Ihsan.
“Saat pertama kali menginjakkan kaki di Jambi, saya tak memiliki siapa pun. Namun, Allah berkehendak lain. Dr. Muhammad Ihsan, yang saya temui di dalam bus, dengan kebajikannya mengizinkan saya menumpang di kosnya dan bahkan mengantar saya melamar menjadi dosen. Saya berdoa agar segala amal baiknya diterima Allah SWT,” ujarnya.
Dalam perjalanan kariernya sebagai dosen Fakultas Hukum Universitas Jambi sejak tahun 1990, Prof. Fauzi juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada sosok yang sangat berjasa dalam hidupnya, Prof. Rozali Abdullah, yang membimbingnya menjadi akademisi yang disiplin dan berintegritas.
Dukungan Sahabat dan Kolega
Tak lupa, ia menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada dua sahabatnya, Rektor Universitas Jambi Prof. Helmi dan Sekda Provinsi Jambi Dr. Sudirman. Keduanya berperan besar dalam memotivasi dan mendorongnya agar terus berkarya dan mencapai jabatan Guru Besar.
“Kedua sahabat seperjuangan ini tidak bosan-bosan mengingatkan saya untuk tetap menulis dan mengejar cita-cita menjadi Guru Besar. Alhamdulillah, saya sangat bersyukur memiliki mereka di perjalanan hidup saya,” tuturnya.
Comeback ke Kampus Oranye
Setelah 10 tahun mengabdi sebagai pejabat eselon II di Pemprov Jambi, takdir membawanya kembali ke Universitas Jambi pada tahun 2017. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada mantan Rektor Unja, Prof. Johni Najwan, yang menerimanya kembali dan mempercayakan jabatan penting seperti Ketua Tim Reformasi Birokrasi Unja dan Ketua Tim Penyelesaian Kerugian Negara Unja pada periode 2017–2019.
Dalam pidatonya, ia juga menyebut beberapa tokoh Jambi yang turut berjasa dalam perjalanan kariernya, termasuk Gubernur dan Ketua DPRD terdahulu, serta Dr. Edi Purwanto yang memberikan kesempatan baginya sebagai tenaga ahli Bapemperda di DPRD Provinsi Jambi. Dukungan dari Sekretaris Komisi III DPRD Provinsi Jambi Dr. Ahmad Fauzi Ansori, Ketua DPRD Kota Jambi Kemas Faried Alfarelly, dan Rektor UIN STS Jambi Prof. Kasful Anwar juga ia sebutkan dengan penuh rasa hormat.
Tak lupa, ia mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatnya, seperti Cecep Suryana, Jefri Hendrik, dan Ritas Mairianto, serta semua tamu undangan yang hadir dalam momen bersejarah tersebut.
Rasa Syukur kepada Keluarga
Saat mengingat kedua orang tuanya, terutama sang ayah yang seorang pensiunan polisi, air mata Prof. Fauzi kembali mengalir. “Saya satu-satunya di keluarga yang berhasil meraih gelar sarjana, dan kini Allah mengizinkan saya menjadi Guru Besar. Ini bukan hanya untuk saya, tetapi juga untuk keluarga,” katanya dengan suara bergetar.
Ia juga mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada sang istri dan anak-anaknya yang selalu mendukung dan mendoakannya. “Pengukuhan ini bukan sekadar capaian pribadi, tetapi hasil dari doa dan perjuangan keluarga. Semoga ini menjadi penyemangat bagi tujuh cucu kami,” pungkasnya.
Dengan resmi menyandang gelar Profesor, Prof. Fauzi Syam kini mengemban tanggung jawab lebih besar dalam dunia akademik. Perjalanan panjangnya dari seorang perantau hingga menjadi seorang Guru Besar adalah bukti bahwa ketekunan, kerja keras, dan dukungan orang-orang terkasih dapat membawa seseorang mencapai puncak tertinggi dalam bidang yang digelutinya. (***)