Seputar Ramadan – Di Blitar, terdapat sebuah tradisi unik yaitu salat tarawih kilat yang dilaksanakan dengan durasi sangat singkat, yakni 23 rakaat hanya dalam waktu 10 menit.
Tradisi ini dapat dijumpai di Pondok Pesantren Mambaul Hikam, yang berlokasi di Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar. Salah satu jemaah, Ibad, asal Kediri, mengaku sengaja meluangkan waktu untuk mengikuti salat tarawih di pondok pesantren tersebut.
Menurutnya, salat tarawih dengan durasi cepat justru membuatnya lebih khusyuk karena tidak ada jeda panjang yang memungkinkan pikiran teralihkan.
“Justru semakin khusyuk karena tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain. Selain itu, bagi kami yang bekerja pada malam hari, durasi singkat ini memungkinkan untuk tetap beribadah tanpa mengganggu waktu kerja,” ungkap Ibad kepada Beritasatu.com, Senin (3/3/2025).
Muhamad Shodiwi Basthul Birri, putra pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam, menyebutkan bahwa jumlah jemaah salat tarawih di pondok tersebut terus meningkat setiap tahun. Ia menjelaskan bahwa tradisi salat tarawih kilat ini telah ada sejak tahun 1907, dimulai pada masa kakek buyutnya, KH Abdul Qofur.
“Alhamdulillah, jemaah semakin banyak, dan kami tetap menjaga tradisi ini. Meskipun salat tarawih dilaksanakan dengan cepat, hal itu tidak mengurangi rukun dan keabsahan salat. Tradisi ini sudah berjalan sejak 1907 dan tetap dipertahankan hingga kini,” kata Shodiwi usai pelaksanaan salat tarawih kilat.
Shodiwi menuturkan bahwa tradisi salat tarawih kilat bermula dari banyaknya warga sekitar yang enggan berjemaah karena durasi salat yang dianggap terlalu lama. Mayoritas warga saat itu adalah petani dan peternak yang harus bekerja siang dan malam.
“Awalnya, saat pondok pesantren ini berdiri, banyak masyarakat yang mulai ikut beribadah. Namun, setelah beberapa hari, jumlah jemaah mulai berkurang.
Ternyata, alasan mereka enggan mengikuti tarawih adalah karena harus bekerja pada malam hari, sementara siang harinya mereka berpuasa dan tidak kuat bekerja terlalu keras.
Salat tarawih yang dianggap terlalu lama akhirnya memunculkan inovasi untuk mempercepat durasinya,” jelasnya.
Setelah inovasi ini, warga pun kembali memadati masjid untuk melaksanakan salat tarawih. “Dengan durasi yang lebih cepat, warga merasa lebih cocok dan akhirnya salat tarawih kembali ramai,” tambahnya.
Selain salat tarawih kilat, Pondok Pesantren Mambaul Hikam juga mempertahankan tradisi membunyikan beduk setelah salat berjemaah selesai. Tradisi ini semakin menambah semarak suasana Ramadan di pondok pesantren tersebut.